Selamat Datang di Website Pendidikan Islam Kab. Alor | Kawasan Zona Integritas Menuju Wilayah Bebas Korupsi (WBK), Wilayah Birokrasi Bersih Melayani (WBBM)

Kurikulum Cinta: Pendekatan Baru untuk Pendidikan Berbasis Kasih Sayang - PENDIS ALOR

Info Terkini

Kurikulum Cinta: Pendekatan Baru untuk Pendidikan Berbasis Kasih Sayang

Kurikulum Cinta: Pendekatan Baru untuk Pendidikan Berbasis Kasih Sayang

Pendis Alor (Opini) — Kementerian Agama (Kemenag) telah mengambil langkah strategis untuk menata pembelajaran dengan meluncurkan Kurikulum Cinta. Sebuah pendekatan yang tidak hanya inovatif tetapi juga mendalam, menyentuh esensi pendidikan sebagai upaya membangun manusia yang utuh. Melalui Kurikulum Cinta, madrasah diharapkan tidak sekadar menjadi tempat belajar akademik, tetapi juga arena untuk menumbuhkan kasih sayang, toleransi, dan kepedulian terhadap sesama.

Mengapa Perlu Kurikulum Cinta?

Dalam konteks pendidikan saat ini, tantangan yang dihadapi semakin kompleks. Fenomena intoleransi dini, kurangnya empati sosial, penghargaan terhadap sesama, dan minimnya kesadaran lingkungan adalah persoalan-persoalan yang membutuhkan jawaban segera. Kemenag, dengan Kurikulum Cinta, mencoba menghadirkan solusi yang menyentuh akar masalah, yaitu nilai-nilai dasar manusia.

Tidak sedikit yang bertanya, apakah Kurikulum Cinta ini sekadar slogan atau benar-benar implementatif? Jawabannya ada pada bagaimana kita memandang pendidikan. Pendidikan bukan sekadar transfer ilmu dan pengembangan skill, tetapi juga pembentukan karakter. Dengan pendekatan ini, nilai-nilai cinta kepada Tuhan, sesama, lingkungan, dan bangsa diintegrasikan ke dalam pelajaran sehari-hari. Sebuah langkah yang, jika dilakukan dengan konsisten, bisa menjadi tonggak baru dalam sejarah pendidikan kita.

Baca Juga: Meningkatkan Minat Baca di Madrasah Melalui Perpustakaan Inovatif 

Empat Pilar yang Menyentuh Kehidupan

Kurikulum Cinta dibangun di atas empat pilar, yaitu Hablum Minallah, Hablum Minannas, Hablum Bi’ah, dan Hubbul Wathan. Keempatnya merepresentasikan hubungan vertikal dan horizontal manusia dalam kehidupan.

  1. Hablum Minallah menekankan pentingnya hubungan yang mendalam antara hamba dengan Tuhan. Di era yang semakin materialistis, spiritualitas seseorang sering kali terpinggirkan. Pilar ini mengingatkan kita untuk kembali ke esensi kehidupan yang sesungguhnya.

  2. Hablum Minannas. Kurikulum Cinta menekankan pentingnya membangun hubungan harmonis dengan sesama tanpa memandang perbedaan. Siswa diajarkan untuk menghargai keberagaman, baik dalam suku, agama, maupun budaya. Ini relevan di tengah meningkatnya polarisasi sosial. 

  3. Hablum Bi’ah berbicara tentang cinta kepada lingkungan. Pilar ini mengajarkan siswa untuk memiliki kesadaran ekologis yang tinggi. Hal ini bukan lagi opsional tetapi keharusan yang dapat diintegrasikan dalam pembelajaran dan diimplementasikan melalui tindakan nyata seperti pelestarian lingkungan, pengolahan sampah dan lainnya.

  4. Hubbul Wathan menumbuhkan rasa cinta kepada bangsa dan negara. Dalam dunia global yang serba kompetitif, nasionalisme adalah fondasi penting.

Pilar-pilar ini, jika benar-benar diterapkan, tidak hanya membentuk siswa yang cerdas secara intelektual tetapi juga memiliki kedalaman emosional dan spiritual.

Harapan atau Sekadar Ilusi?

Namun, keberhasilan Kurikulum Cinta tidak hanya bergantung pada desainnya. Guru adalah kunci, tanpa pelatihan yang memadai, pedoman yang jelas, dan evaluasi yang berkesinambungan, serta keteladanan yang kuat Kurikulum Cinta hanya akan menjadi mimpi indah tanpa realisasi. Guru harus dilatih untuk tidak hanya mengajarkan materi tetapi juga menjadi teladan dalam menyebarkan nilai-nilai cinta.

Selain itu, peran orang tua dan masyarakat juga penting. Kurikulum Cinta akan sulit berhasil jika hanya diimplementasikan di madrasah tanpa adanya dukungan keluarga dan lingkungan.

Akhirnya, Sebuah Refleksi

Kurikulum Cinta adalah langkah positif yang patut diapresiasi. Dalam dunia yang semakin individualistis dan terpecah, nilai-nilai cinta adalah kebutuhan mendesak. Namun, langkah ini harus diiringi dengan komitmen penuh dari semua pihak yang terlibat dalam pendidikan. Karena cinta, bukan hanya sekedar kata-kata tetapi cinta membutuhkan tindakan nyata untuk mengubah kehidupan.

Kita semua berharap bahwa Kurikulum Cinta bukan sekadar jargon tetapi benar-benar menjadi jalan untuk membangun generasi yang lebih baik, tidak hanya untuk dirinya sendiri tetapi juga untuk masyarakat dan dunia.


Tidak ada komentar